Ada yang menarik saat berlibur di Eco Green Park Batu
Malang tempo hari. Di stand pameran tumbuhan, dipamerkan dan dijual tanaman
yang belum pernah saya melihat sebelumnya. Tanaman itu adalah buah Tin (arab) atau Fig
(inggris) atau buah Ara. Di situ juga dijajakan buah ara yang sudah dipetik yang
masih segar, juga ada yang telah diolah menjadi selai.
O, pohon ini tho yang sering dibicarakan dalam kitab-kitab
suci.
Pohon bodhi tempat bersemadinya Sidharta Budha Gautama diperkirakan
juga sama dengan buah ara, maka kemudian ada yang menamakan pohon ara sebagai buah Budha.
Dalam bahasa Arab buah ara disebut sebagai buah Tin. Dalam Al Qur’an Allah
bersumpah demi buah Tin, karena itu buah ara disebut juga sebagai buah surga.
Ternyata spesies tanaman ara itu cukup banyak,
lebih dari 500 spesies, tergantung asalnya maupun kondisi iklimnya.
Daun
pohon ara ada yang berkuping lima lobus, ada pula
berkuping tiga lobus, mirip popok atau cawat. Daunnya cukup kuat, bisa
dijahit digunakan
sebagai pembungkus buah atau dibuat mirip tas. Itu pula daun ara ini
telah menjadi penyelamat sementara bagi manusia pertama Adam dan
Hawa dari rasa malu saat menyadari mereka telanjang dan berdosa.
Disamping daun
ara bisa berfungsi sebagai ganti daun teh, obat herbal
Pohon ara yang tumbuh di Timur tengah, kira-kira pada bulan
Februari sudah mulai bermunculan kuncup buah, mendahului munculnya daun-daun
pada bulan April atau Mei. Masa panen sekitar bulan Juni-Juli sebagai masa
panen awal, dimana daunnya mulai lebat. Sementara itu di bagian pohonnya muncul
kuncup bunga tahap dua, dan ini menjadi masa panen akhir yang jatuh sekitar
bulan Agustus.
Jadi teringat akan cerita Sang Guru sangat kecewa ketika melihat
pohon ara yang sangat rimbun di awal menjelang bulan April pada hal Beliau sangat mengharapkan akan buahnya, karena dengan sudah
lebatnya daun pohon ara itu, seharusnya sudah mulai ada buah yang masak. Boro-boro ada buah yang
masak, ternyata tidak didapatinya buah sama sekali. Suatu penampilan yang sungguh menipu atau merupakan suatu
kesaksian yang palsu. Maka Sang Guru mengutuk pohon itu sehingga layu. Suatu pelajaran spiritual yang sangat berharga, bahwa hidup ini sesungguhnya juga harus menghasilkan buah.
Buah ara bermanfaat tidak sekedar sebagai bahan makanan,
tapi juga sebagai obat. Bisul Raja Hizkia sembuh setelah Yesaya menyuruh
menaruh kue dari buah ara diatas sakitnya.
Oleh karena itu tanaman ara bersama tanaman anggur dan
zaitun menjadi penting dalam kehidupan bangsa-bangsa Timur Tengah. Penduduk
disana sangat paham akan perilaku pohon ini, kapan berbuah dan kapan berguguran. Maka tidak heran banyak
perumpamaan diambil dari perilaku pohon ara ini. Untuk menggambarkan tentang
suatu masa, dengan melihat musim yang akan terjadi. Sebagai tanda kehancuran
apabila mulai diserang hama atau dimusnahkan. Untuk menggambarkan asal usul. Untuk
menggabarkan suatu relasi yang harmonis dengan tanaman lain apabila bernaung
dibawahnya, dan penggabaran lainnya.
Zakheus berusaha melihat Sang Guru memanfaatkan batang pohon
dengan memanjatnya. Sehingga Sang Guru memanggilnya untuk supaya turun dan merendahkan
hati, karena Ia mau singgah di rumahnya. Saat itu pula perubahan besar terjadi,
dan terjadilah keselamatan di rumah itu. Disinipun pohon ara bisa mengajak kita
untuk merendahkan hati.
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar