Judul ini adalah status yang dipakai anak kami
Nathaniel Benelisha (9 th). Entah kenapa dia menjadi tertarik dengan bebatuan,
saat ini lebih dari 50 jenis irisan bebatuan yang telah dikoleksinya.
Hal menarik ketika kami di Eco Green Park di
bawah bangunan miniatur candi-candi Jawa, disajikan wahana ilmu pengetahuan
termasuk didalamnya museum gemstone dan hasil bumi. Hal ini juga kami ketemu
lagi ketika mengunjungi goa Maharani di Lamongan satu paket WBL (wisata bahari
lamongan). Nampak antusias si anak melihat dan membaca.
Sebenarnya saya pribadi bukanlah penggemar
apalagi pengkolektor batu. Tapi berhubung saya pernah sedikit belajar untuk
mengajar sebagian materi tentang bebatuan, dalam pelajaran teknologi bahan.
Maka saya akan berbagi cerita pada anak saya tersebut. Dengan harapan anak kami
terus mau mencari tahu.
Saat ini pengertian akik menjadi meluas bahkan
pengertian akik tidak berbeda dengan gemstone atau batu permata. Walaupun batu
akik umumnya bukan batu permata mulia, tapi digolongkan dalam semi presious
stone. Kata akik kemungkinan besar ditengerai berasal dari istilah batu agate
yaitu batu yang tergolong batu kwarsa, yang jernih dan indah. Karena batu agate
mudah didapat maka harganyapun tidak mahal. Istilah akik tidak perlu
dipermasalahkan.
Saya mencoba menerangkan mulai dari bagaimana
proses pembentukan batu-batuan padanya. Bahwa batuan cair magma di perut bumi terdesak
kepermukaan oleh gerakan lempengan bumi, dan bergerak melalui celah lempengan.
Celah yang besar membentuk saluran lava pada gunung vulkanik. Lava yang keluar
akibat erupsi gunung vulkanik dan membeku membentuk batuan beku.
Batuan beku yang keluar dari berut bumi langsung
ke permukaan dan mengalami pembekuan yang sering disebut batuan vulkanik atau
batuan effusive karena membeku dipermukaan. Contoh batuan ini antara lain batuan
Andesit, batuan Obsidian, batuan Dasit dan batuan Basalt
Ada pula magma yang tertahan dibawah permukaan
dan kemudian mengalami pendinginan yang lambat menjadi bebatuan Dike Rock.
Misalnya batuan Granit porfir.
Bahkan ada magma yang tertahan di lapisan masih
jauh dibawah permukaan dan mengalami pembekuan, karena tertahan oleh celah yang
sangat sempit. Proses pembekuan memakan waktu yang cukup lama. Batuan ini
disebut sebagai Deep Seated Rock atau kelompok batuan Plutonik. Karena suatu
proses alam batuan batuan beku dalampun bisa terangkat naik kepermukaan.
Misalnya karena pengaruh dorongan dari lempengan bawah dan adanya proses erosi
bagian atas, atau karena eksploitasi manusia. Contoh kategori batuan ini antara
lain batuan Gabro, Diorit dan Granit
Batuan dengan komposisi unsur mineral yang sama,
namun dengan proses pembekuan yang berbeda-beda akan menghasilkan jenis batuan
yang berbeda pula. Dengan berjalannya waktu, situasi cuaca dan alam, maka
bebatuan beku pada permukaan mengalami pelapukan, erosi, sebagian menjadi
tanah, sebagian menjadi batuan endapan atau batuan sedimen. Batuan endapan
misalnya batuan klongmerat yaitu lapisan atau bongkahan batu yang terdiri dari
bermacam batu dan butiran batu yang menyatu, batuan pasir padat, sampai yang
halus membentuk tanah dan lumpur. Batuan endapan lain juga bisa berasal dari
zat kimiawi yang yang keluar dari bebatuan membtuk larutan dan mengendap.
Endapan lain juga bisa berasal dari usur organik, baik dari unsur tumbuhan atau
binatang. Contohnya batu gamping terbentuk dari endapan binatang kerang dan
tumbuhan kerumbu karang. Elemen lembung dan juga silikat menjadi pengikat unsur
unsur yang mengendap menjadi kuat dan keras.
Batuan sedimen yang tertanam dalam-dalam dan
mengalami prosen tekanan dan panas bumi akan mengalami perubahan, yang disebut
dengan batuan metamorf atau batuan ubahan. Demikian juga batuan beku maupun
batuan organik yang terdesak oleh gerakan lempengan bumi dan masuk dalam
lapisan bumi dengan suhu tinggi akan menjadi batuan metamorf, bahkan bisa
menjadi magma lewat proses magmatisasi.
Perputaran perubahan batuan yang berulang tersebut
dinamakan siklus bebatuan.
Rock Cycle Illustrated by Phil Stoffer (2005)
Pada proses pendinginan lelehan magma,
memungkinkan terbentuknya kristal atau terjadi proses kristalisasi, ini
tergantung bagaimana proses pendinginan itu terjadi. Semua unsur mineral dalam
bebatuan yang umumnya adalah logam, memiliki perilaku pengkristalan yang
berbeda apabila mengalami panas pada suhu tertentu dan kemudian mengalami pendinginan,
Ini tergantung pada jenis unsur mineral pembentuk bebatuan itu sendiri. Dengan
terbentuknya kristal inilah maka akan terbentuk bidang kristal. Dengan terbentuknya kristalisasi, bebatuan
akan membiaskan sinar, sehingga akan menambah keindahan.
Pada proses pembekuan yang cepat akan membentuk
kristal holohialin yang tak beraturan (amorf) atau dalam bentuk massa gelas
seperti batuan obsidian.
Proses kristalisasi Hipokristalin terjadi bila
sebagian massa batuan berbentuk gelas dan sebagian kristal.
Sedangkan bebatuan kristal Holokristalin yang
umumnya terjadi pada bebatuan plutonik akan membentuk kristal semuanya.
Disamping kwantitas kandungan kristal dalam
bebatuan, Tekstur bebatuan dipengaruhi pula oleh ukuran butiran kristalnya.
Maka akan dikenal istilah Fanerokristalin dimana butiran kristal dapat dilihat
secara kasat mata, dari yang halus hingga yang sangat kasar. Sedangkan kelompok
Afanitik butiran kristal hanya bisa diamati secara mikroskopik karena sangat
halus bagkan mendekati sifat gelas atau kristal amorf/glassy/hyaline
Satu hal lagi mengenai kristal bebatuan yang akan
mempengaruhi tampilan adalah disebabkan oleh struktur atau bentuk kristalnya.
Hal ini disebabkan oleh pengaruh proses pembentukan kristal dan kandungan unsur
mineral penyusunnya.
Setelah tahu jenis bebatuan menurut proses
terjadinya dan bagaimana kristalisasi bebatuan terjadi. Maka akan kita lihat
bagaimana struktur batu yang bisa dilihat langsung dimana batuan itu ditemukan.
Lava cair yang keluar dari perut bumi ada yang langsung terlontar berterbangan
keudara, yang lembut menjadi abu vulkanik, material yang sudah membeku didaerah
kubah akan dilempar menjadi bongkahan batuan, baik berukuran kecil hingga
besar. Sedangkan sebagian yang masih cair akan mengalir (membentuk lelehan).
Lelehan akan segera dingin bagian permukaannya karena suhu dan cuaca dan
membentuk bantalan-bantalan lava dingin yang dikenal dengan Pillow lava. Lava
cair akan terus mengalir meninding dan menyambung lava yang sedang dan telah
membeku, membentuk kekar-kekar yang teratur tegak lurus aliran. Apabila lava
cair tidak mengandung gas, maka akan terbentuk batuan lava dingin yang masif,
artinya tidak ada lubang-lubang batuan. Namun apabila bercampur dengan gas, maka
gas akan keluar sehingga membentuk batuan beku yang berlubang-lubang membentuk
struktur vesikuler. Ada juga kandungan gas yang bersifat meletup-letup,
sehingga membentuk lubang yang tidak beraturan baik arah dan besaran lubangnya
yang dinamakan struktur skoria.
Lubang lubang batuan beku tersebut dalam proses
erupsi yang terus berlangsung bisa terisi oleh lelehan lava yang mungkin dengan
kandungan mineral yang berbeda, yang menjadikan struktur batuan disebut
Amigdaloidal.
Bisa juga fragmen bebatuan atau pecahan bebatuan
terlempar masuk dalam lava cair membentuk struktur batuan Xenolitis.
Kekar atau joint maupun rekahan atau fraktur bisa
membentuk kekar tiang atau bisa juga kekar lempengan. Hal ini bisa dilihat pada
gunung berapi di dekat atau dalam laut.
Sebagaimana batuan terdiri dari komposisi mineral
dan terbentuk sebagian menjadi kristal, maka bebatuan akan memunculkan warna.
Berdasarkan warna ini bebatuan dikelompok dalam dua golongan. Kelompok mineral
yang berwarna terang seperti mineral kwarsa, felspar, feldspatoid dan muskovit
dikelompokkan menjadi bebatuan mineral felsik.
Sedangkan kelompok mineral mafik adalah kelompok
bebatuan berwarna gelap yang antara lain bebatuan biotit, piroksen, amphibol
dan olivin.
Jadi berbicara bagaimana mengelompokkan jenis
batuan, adalah tergantung bagaimana kita mau mengelompokkan. Apakah berdasarkan
proses terjadinya batuan beku tersebut, Apakah berdasarkan indeks warna yang
dipengaruhi kandungan mineral mafik atau tingkat warnanya. Dan apakah
berdasarkan kandungan mineral pembentuknya. Misalnya kelompok berdasarkan
kandungan silika dioksidanya mulai yang baling banyak dikenal dengan bebatuan
riolit, dilanjut dengan kelompok yang lebih sedikit kandungan silika
dioksidanya, berturut-turut kelompok dasit, andesit dan basalt.
Secara geologi, umumnya diklasifikasikan menurut mineral
dan struktur kristalnya. Kelompok dari unsur mineral murni (native elemen) seperti,
emas, perak, platina, tembaga, bismuth, arsenik.
Kelompok bebatuan yang mengandung mineral sulfida
yang bersenyawa dengan unsur logam. Misalnya pirit, kalkosit, galena, sphalerite,
kakopirit.
Kelompok bebatuan oksida dan hidroksida, dimana
unsur bebatuan mengandung oksida, misalnya korondum, hematit, kasiterit,
zincite, Magnetit,dll. Atau bebatuan yang mengandung hidroksida, misalnya
manganite, bauksit, limonit, dll
Kelompok halida yaitu bebatuan yang mengadung
unsur halida. Kelompok batuan yang
mengandung karbonat. Kelompok bebatuan yang mengandung mineral sulfat. Kelompok
bebatuan yang mengandung unsur phospat, dan kelompok bebatuan yang mengandung
silikat.
Kelompok batuan yang mengandung silikat adalah
kelompok yang mendominasi kerak bumi, hampir semua bebatuan mengandung unsur
silikat. Maka akan dikenal kelompok yang mengadung silika dioksida tersebut
antara lain batuan kwarsa, batuan feldspar, dll
Jadi pada bebatuan beku dan batuab endapan ada
disekitar kita. Sedangkan apa yang dimaksud batuan permata mulia (presious
stone atau gemstone) adalah batuan yang batuan yang secara kenampakan memang
indah. Semakin langka atau sulit didapat maka, nilai batuan tersebut menjadi
tinggi, dan umumnya bebatuan mulia memiliki kekerasan dan tahan terhadap korosi
dan goresan.
Sedangkan gemologi adalah cabang ilmu minerologi
yang mempelajari batuan permata.
Nilai dan keindahan Batuan ditentukan oleh 4 C
yaitu warna atau Colour, kejernihan atau Clarity, cara pemotongan faceting atau
Cut dan berat jenisnya atau Carat.
Sampai
ketemu pada posting berikutnya.
Makasih pak
BalasHapus