Minggu, 05 Juli 2015

Niel Si Kolektor Akik




Judul ini adalah status yang dipakai anak kami Nathaniel Benelisha (9 th). Entah kenapa dia menjadi tertarik dengan bebatuan, saat ini lebih dari 50 jenis irisan bebatuan yang telah dikoleksinya.
Hal menarik ketika kami di Eco Green Park di bawah bangunan miniatur candi-candi Jawa, disajikan wahana ilmu pengetahuan termasuk didalamnya museum gemstone dan hasil bumi. Hal ini juga kami ketemu lagi ketika mengunjungi goa Maharani di Lamongan satu paket WBL (wisata bahari lamongan). Nampak antusias si anak melihat dan membaca.
Sebenarnya saya pribadi bukanlah penggemar apalagi pengkolektor batu. Tapi berhubung saya pernah sedikit belajar untuk mengajar sebagian materi tentang bebatuan, dalam pelajaran teknologi bahan. Maka saya akan berbagi cerita pada anak saya tersebut. Dengan harapan anak kami terus mau mencari tahu.
Saat ini pengertian akik menjadi meluas bahkan pengertian akik tidak berbeda dengan gemstone atau batu permata. Walaupun batu akik umumnya bukan batu permata mulia, tapi digolongkan dalam semi presious stone. Kata akik kemungkinan besar ditengerai berasal dari istilah batu agate yaitu batu yang tergolong batu kwarsa, yang jernih dan indah. Karena batu agate mudah didapat maka harganyapun tidak mahal. Istilah akik tidak perlu dipermasalahkan.
Saya mencoba menerangkan mulai dari bagaimana proses pembentukan batu-batuan padanya. Bahwa batuan cair magma di perut bumi terdesak kepermukaan oleh gerakan lempengan bumi, dan bergerak melalui celah lempengan. Celah yang besar membentuk saluran lava pada gunung vulkanik. Lava yang keluar akibat erupsi gunung vulkanik dan membeku membentuk batuan beku.
Batuan beku yang keluar dari berut bumi langsung ke permukaan dan mengalami pembekuan yang sering disebut batuan vulkanik atau batuan effusive karena membeku dipermukaan. Contoh batuan ini antara lain batuan Andesit, batuan Obsidian, batuan Dasit dan batuan Basalt
Ada pula magma yang tertahan dibawah permukaan dan kemudian mengalami pendinginan yang lambat menjadi bebatuan Dike Rock. Misalnya batuan Granit porfir.
Bahkan ada magma yang tertahan di lapisan masih jauh dibawah permukaan dan mengalami pembekuan, karena tertahan oleh celah yang sangat sempit. Proses pembekuan memakan waktu yang cukup lama. Batuan ini disebut sebagai Deep Seated Rock atau kelompok batuan Plutonik. Karena suatu proses alam batuan batuan beku dalampun bisa terangkat naik kepermukaan. Misalnya karena pengaruh dorongan dari lempengan bawah dan adanya proses erosi bagian atas, atau karena eksploitasi manusia. Contoh kategori batuan ini antara lain batuan Gabro, Diorit dan Granit
Batuan dengan komposisi unsur mineral yang sama, namun dengan proses pembekuan yang berbeda-beda akan menghasilkan jenis batuan yang berbeda pula. Dengan berjalannya waktu, situasi cuaca dan alam, maka bebatuan beku pada permukaan mengalami pelapukan, erosi, sebagian menjadi tanah, sebagian menjadi batuan endapan atau batuan sedimen. Batuan endapan misalnya batuan klongmerat yaitu lapisan atau bongkahan batu yang terdiri dari bermacam batu dan butiran batu yang menyatu, batuan pasir padat, sampai yang halus membentuk tanah dan lumpur. Batuan endapan lain juga bisa berasal dari zat kimiawi yang yang keluar dari bebatuan membtuk larutan dan mengendap. Endapan lain juga bisa berasal dari usur organik, baik dari unsur tumbuhan atau binatang. Contohnya batu gamping terbentuk dari endapan binatang kerang dan tumbuhan kerumbu karang. Elemen lembung dan juga silikat menjadi pengikat unsur unsur yang mengendap menjadi kuat dan keras.  
Batuan sedimen yang tertanam dalam-dalam dan mengalami prosen tekanan dan panas bumi akan mengalami perubahan, yang disebut dengan batuan metamorf atau batuan ubahan. Demikian juga batuan beku maupun batuan organik yang terdesak oleh gerakan lempengan bumi dan masuk dalam lapisan bumi dengan suhu tinggi akan menjadi batuan metamorf, bahkan bisa menjadi magma lewat proses magmatisasi.
Perputaran perubahan batuan yang berulang tersebut dinamakan siklus bebatuan. 

 Rock Cycle Illustrated by Phil Stoffer (2005)

Pada proses pendinginan lelehan magma, memungkinkan terbentuknya kristal atau terjadi proses kristalisasi, ini tergantung bagaimana proses pendinginan itu terjadi. Semua unsur mineral dalam bebatuan yang umumnya adalah logam, memiliki perilaku pengkristalan yang berbeda apabila mengalami panas pada suhu tertentu dan kemudian mengalami pendinginan, Ini tergantung pada jenis unsur mineral pembentuk bebatuan itu sendiri. Dengan terbentuknya kristal inilah maka akan terbentuk bidang kristal. Dengan terbentuknya kristalisasi, bebatuan akan membiaskan sinar, sehingga akan menambah keindahan.
Pada proses pembekuan yang cepat akan membentuk kristal holohialin yang tak beraturan (amorf) atau dalam bentuk massa gelas seperti batuan obsidian.
Proses kristalisasi Hipokristalin terjadi bila sebagian massa batuan berbentuk gelas dan sebagian kristal.
Sedangkan bebatuan kristal Holokristalin yang umumnya terjadi pada bebatuan plutonik akan membentuk kristal semuanya.
Disamping kwantitas kandungan kristal dalam bebatuan, Tekstur bebatuan dipengaruhi pula oleh ukuran butiran kristalnya. Maka akan dikenal istilah Fanerokristalin dimana butiran kristal dapat dilihat secara kasat mata, dari yang halus hingga yang sangat kasar. Sedangkan kelompok Afanitik butiran kristal hanya bisa diamati secara mikroskopik karena sangat halus bagkan mendekati sifat gelas atau kristal amorf/glassy/hyaline
Satu hal lagi mengenai kristal bebatuan yang akan mempengaruhi tampilan adalah disebabkan oleh struktur atau bentuk kristalnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh proses pembentukan kristal dan kandungan unsur mineral penyusunnya.
Setelah tahu jenis bebatuan menurut proses terjadinya dan bagaimana kristalisasi bebatuan terjadi. Maka akan kita lihat bagaimana struktur batu yang bisa dilihat langsung dimana batuan itu ditemukan. Lava cair yang keluar dari perut bumi ada yang langsung terlontar berterbangan keudara, yang lembut menjadi abu vulkanik, material yang sudah membeku didaerah kubah akan dilempar menjadi bongkahan batuan, baik berukuran kecil hingga besar. Sedangkan sebagian yang masih cair akan mengalir (membentuk lelehan). Lelehan akan segera dingin bagian permukaannya karena suhu dan cuaca dan membentuk bantalan-bantalan lava dingin yang dikenal dengan Pillow lava. Lava cair akan terus mengalir meninding dan menyambung lava yang sedang dan telah membeku, membentuk kekar-kekar yang teratur tegak lurus aliran. Apabila lava cair tidak mengandung gas, maka akan terbentuk batuan lava dingin yang masif, artinya tidak ada lubang-lubang batuan. Namun apabila bercampur dengan gas, maka gas akan keluar sehingga membentuk batuan beku yang berlubang-lubang membentuk struktur vesikuler. Ada juga kandungan gas yang bersifat meletup-letup, sehingga membentuk lubang yang tidak beraturan baik arah dan besaran lubangnya yang dinamakan struktur skoria.
Lubang lubang batuan beku tersebut dalam proses erupsi yang terus berlangsung bisa terisi oleh lelehan lava yang mungkin dengan kandungan mineral yang berbeda, yang menjadikan struktur batuan disebut Amigdaloidal.
Bisa juga fragmen bebatuan atau pecahan bebatuan terlempar masuk dalam lava cair membentuk struktur batuan Xenolitis.
Kekar atau joint maupun rekahan atau fraktur bisa membentuk kekar tiang atau bisa juga kekar lempengan. Hal ini bisa dilihat pada gunung berapi di dekat atau dalam laut.
Sebagaimana batuan terdiri dari komposisi mineral dan terbentuk sebagian menjadi kristal, maka bebatuan akan memunculkan warna. Berdasarkan warna ini bebatuan dikelompok dalam dua golongan. Kelompok mineral yang berwarna terang seperti mineral kwarsa, felspar, feldspatoid dan muskovit dikelompokkan menjadi bebatuan mineral felsik.
Sedangkan kelompok mineral mafik adalah kelompok bebatuan berwarna gelap yang antara lain bebatuan biotit, piroksen, amphibol dan olivin.
Jadi berbicara bagaimana mengelompokkan jenis batuan, adalah tergantung bagaimana kita mau mengelompokkan. Apakah berdasarkan proses terjadinya batuan beku tersebut, Apakah berdasarkan indeks warna yang dipengaruhi kandungan mineral mafik atau tingkat warnanya. Dan apakah berdasarkan kandungan mineral pembentuknya. Misalnya kelompok berdasarkan kandungan silika dioksidanya mulai yang baling banyak dikenal dengan bebatuan riolit, dilanjut dengan kelompok yang lebih sedikit kandungan silika dioksidanya, berturut-turut kelompok dasit, andesit dan basalt.
Secara geologi, umumnya diklasifikasikan menurut mineral dan struktur kristalnya. Kelompok dari unsur mineral murni (native elemen) seperti, emas, perak, platina, tembaga, bismuth, arsenik.
Kelompok bebatuan yang mengandung mineral sulfida yang bersenyawa dengan unsur logam. Misalnya pirit, kalkosit, galena, sphalerite, kakopirit.
Kelompok bebatuan oksida dan hidroksida, dimana unsur bebatuan mengandung oksida, misalnya korondum, hematit, kasiterit, zincite, Magnetit,dll. Atau bebatuan yang mengandung hidroksida, misalnya manganite, bauksit, limonit, dll
Kelompok halida yaitu bebatuan yang mengadung unsur  halida. Kelompok batuan yang mengandung karbonat. Kelompok bebatuan yang mengandung mineral sulfat. Kelompok bebatuan yang mengandung unsur phospat, dan kelompok bebatuan yang mengandung silikat.
Kelompok batuan yang mengandung silikat adalah kelompok yang mendominasi kerak bumi, hampir semua bebatuan mengandung unsur silikat. Maka akan dikenal kelompok yang mengadung silika dioksida tersebut antara lain batuan kwarsa, batuan feldspar, dll
Jadi pada bebatuan beku dan batuab endapan ada disekitar kita. Sedangkan apa yang dimaksud batuan permata mulia (presious stone atau gemstone) adalah batuan yang batuan yang secara kenampakan memang indah. Semakin langka atau sulit didapat maka, nilai batuan tersebut menjadi tinggi, dan umumnya bebatuan mulia memiliki kekerasan dan tahan terhadap korosi dan goresan.
Sedangkan gemologi adalah cabang ilmu minerologi yang mempelajari batuan permata.
Nilai dan keindahan Batuan ditentukan oleh 4 C yaitu warna atau Colour, kejernihan atau Clarity, cara pemotongan faceting atau Cut dan berat jenisnya atau Carat.

Sampai ketemu pada posting berikutnya.


1 komentar: